BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Konsep diri merupakan konsep dasar
yang perlu diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan pandangan terhadap
dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk
bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam
berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu
berbeda dalam mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh
melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide,
pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai
dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang
berkesinambungan dari perkembangan konsep diridipengaruhi oleh pengalaman
interpersonal dan cultural yang memberikan perasaan positif, memahami
kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui
akumulasi kontak-kontak social dan pengalaman dengan orang lain.
Dalam merencanakan asuhan
keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu
terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra
tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan
keperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran
diri, menggali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang realistic
sertabertanggung jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide,
pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran,
perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang
karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan
idealismenya. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh
baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya
apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan
kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya
jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan
kegagalan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan cara
pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang
dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan
terdekatnya.
B. Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa/i
mampu mengidentifikasi tentang konsep diri dan kesadaran diri
2.
Mahasiswa/i
mampu mengetahui dan memahami tentang rentang respon konsep diri
3.
Mahasiswa/i
mampu mengetahui dan memahami komponen dalam konsep diri
4.
Mahasiswa/i
mampu mengetahui dan memahami tentang gangguan konsep diri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Konsep diri
Konsep diri merupakan konsep dasar
yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan perawat professional untuk
dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan terhadap dirinya,
masalahnya, serta lingkungannya. Konsep diri merupakan hubungan yang paling
intim, jelasnya lebih dari satu aspek terpenting pengalaman hidup. Apa yang
kita pikir dan kita rasakan tentang diri kta mempengaruhi perawatan yang
diberikan kepada diri sendiri atau perawatan kepada orang lain. Dalam diri ini
terdapat suatu konsep yang dinamakan konssep diri (self-concept).
Berikut adalah pengertian Konsep Diri menurut beberapa ahli :
1. Menurut
Burns (1993 : VI) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri
kita yang kita inginkan.
2. Menurut
Mulyana (2000:7) : Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi
yang diberikan orang lain pada diri individu
3. Menurut
Hurlock (1990:58) : konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki orang tentang
dirinya. Konsep diri ini
merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri
yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi.
4. Menurut
Centi (1993:9) : konsep diri (self-concept)
tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri
dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana kita harapkan.
5. Menurut
Wigfield & Karpathian (1991) : Konsep diri merupakan pengetahuan
individu tentang dirinya sendiri
B. Rentang
Respon konsep Diri
Gambaran penilaian tentang konsep
diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan
maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
Dari rentang respon adatif sampai
respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi
diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat
di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
1. Aktualisasi
Diri
Seorang ahli,
Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai individu yang telah
mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang
positif dengan melatar belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima,
ditandai dengan citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas,
konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan,
hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
2. Konsep
diri positif
Merupakan
individu yang mempunyai pengalaman positif dalam beraktivitas diri. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang
penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang
positif yang mengarah pada kemempuan pemahaman.Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang
positif adalah :
ü Yakin
akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa
setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
ü Merasa
setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
ü Menerima
pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan
dirinya apalagi meremehkan orang lain.
ü Menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan
orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak
disetujui oleh masyarakat.
ü Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya
sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya
menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
3. Konsep
diri negatif
Hal ini ditandai
dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan dengan penyesuaian
diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap
hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri
(Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga
diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Biasanya harga
diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset
ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
4. Harga
diri rendah
Merupakan penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi
antara respon konsep diri yang adatif dengan konsep diri yang maladatif. Tanda
dan gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat
tindakan penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan
martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga diri rendah diantaranya rasa
bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri
dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan
negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah
berlebihan.
5. Kekacauan
identitas
Merupakan kegagalan
individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup rasa internal tentang
individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan
dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang
intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang
lain. Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini
secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan
identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan
stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami
perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat
peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan,
perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak
lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan
ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
6. Depersonalisasi
Merupakan perasaan
yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal,
ragu dan proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi,
berarti orang tersebut telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang
dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada
identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman,
gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa
tahun. orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang
sangat besar untuk menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut
atau yakin bahwa mereka akan gila. Gangguan depersonalisasi seringkali hilang
tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama,
berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku,
dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan
antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
C. Komponen
Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari citra tubuh, (body image). Ideal
diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran (self role), dan identitas
diri (self identy).
1. Citra
Tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik
disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai
ukuran dan betuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat
dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan
pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus realistis karena semakin dapat
menerima dan menyukai tubuhnya, individu akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga
diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai tubuhnya. Cara individu
memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu
yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan
memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
didalam kehidupan.
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipeorang yang diinginkan/disukai atau sejumlah aspirasi,
tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau
pengharapan diri berdasarkan norma-norma social dimasyarakat tempat individu
tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa
kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan
harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu, individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan
penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran
serta tanggung jawab. Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan
kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dari rasa cemas.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek
terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau
kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat
bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dengan diri sendiri dan
orang lain yang dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu akan merasa harga
dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan
selalu merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak
dicintai atau tidak diterima oleh lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi kesempatan untuk
sukses, beri penguatan/ pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau harapan
jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengamn budaya, berikan dorongan untuk
aspirasi atau cita-citanya dan Bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal
yang menganggu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada
masa pubertas karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan karena banyak
keputusan yang harus di buat menyangkut dirinya sendiri.Remaja dituntut untuk
menentukan pilihan,posisi peran dan memutuskan apakah dia mampu meraih sukses
dari suatu bidang tertentu ,apakah dia dapat berpartisipasi atau diterima
berbagai macam aktivitas social.Pada usia dewasa harga diri menjadi
stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung
menerima keadaan dirinya.Hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi
kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan
dirinya.Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya
tantangan baru sehubungan denngan pension, ketidak mampuan fisik, berpisah dari
anak, kehilangan pasangan.
4. Peran
Peran adalah serangkaian sikap
perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan
fungsi individu dalam kelompok sosialnya.Peran memberikan sarana untuk berperan
serta dalam kehidupan social dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan
memvalidasi pada orang yang berarti.Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran
yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri
yang tinggi merupakan dari hasil peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai
dengan ideal diri. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap
peran :
ü Kejelasan prilaku dan pengetahuan
yang sesuai dengan peran
ü Tanggapan yang konsisten dari orang-orang
yang berarti terhadap perannya
ü Kecocokan dan keseimbangan antar
peran yang diembannya
ü Keselarsan norma budaya dan harapan
individu terhadap prilaku
ü Pemisahan situasi yang akan
menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai
5. Identitas
diri
Identitas diri adalah
kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya,menyadari individu bahea dirinya
berbeda dengan orang lain.Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep
diri sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh tujuan hidup,
atribut/jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri
yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada
duanya. Kemandirian timbul dari persaan berharga (respek pada diri sendiri),
kemampuan dan penguasaan diri.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak
bersamaan dengan perkembangan konsep diri.Dalam identitas diri ada otonomi
yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri,
mengatur diri dan menerima diri. Ciri-ciri individu yang mempunyai kepribadian
sehat:
ü Ciri tubuh positif dan
akurat.Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri
sendiri dan perasaan tentang ukuran,fungsi,penampilan dan potensi tubuh
ü Ideal siri realistis. Individu yang
mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
ü Harga diri tinggi.Individu yang
mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sendiri sebagai seorang yang
berarti dan bermanfaat.
Individu dengan penampilan peran
memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang lain secara inti dan mendapat
kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain membina
hubungan independen. Identitas jelas.Individu merasakan keunikan dirinya yang
memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. Ciri-ciri individu dengan
identitas diri yang positif :
ü Mengenal diri sebagai organisme
yang utuh terpisah dari orang lain
ü Mengakui jenis kelamin sendiri
ü Memandang berbagai aspek dalam
dirinya sebagai suatu keselarasan tubuh
ü Menilai diri sendiri sesuai dengan
penilaian masyarakat
ü Menyadari hubungan masa
lalu.sekarang dan yang akan dating
ü Mempunyai tujuan yang bernilai yang
dapat dicapai/direalisasikan.
Hurlock (1974) mengatakan bahwa
konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu :
1. Komponen Perseptual, yaitu image
seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang
lain. Komponen iini sering disebut sebagai physical self concept.
2. Komponen Konseptual, yaitu konsepsi
seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki, baik kemampuan dan
ketidakmampuannya, latar belakang sertan masa depannya. Komponen ini sering
disebut sebagai psychological self concept, yang tersusun dari beberapa
kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri, kemandirian,
pendirian yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut.
3. Komponen sikap, yaitu perasaan
seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan prospeknya
di masa depn, sikap terhadap harga diri dan pandangan yang dimilikinya.
D.
Gangguan konsep diri
1. Faktor predisposisi
ü Faktor predisposisi gangguan citra
tubuh :
-
Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
-
Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat
pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit)
-
Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur
maupun fungsi tubuh
-
Prosedur pengobatan seperti
radiasi,kemoterapi,transplantasi.
ü Faktor predisposisi gangguan harga
diri :
-
Penolakan dari orang lain
-
Kurang penghargaan
-
Pola asuh yang salah:terlalu dilarang,terlalu
terkontrol,terlalu dituruti,terlalu dituntut dan tidak konsisten
-
Persaingan antar-saudara
-
Kesalahan dan kegagalan yang berulang
-
Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
ü Faktor predisposisi gangguan peran :
-
Transisi peran yang sering terjadi pada proses
perkembangan,perubahan situasi dan keadaan sehat sakit.
-
Ketegangan peran,ketika individu kurang pemgetahuannya
tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang
sesuai
-
Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya
tentang harapan yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang
sesuai.
-
Peran yang terlalu banyak
ü Faktor predisposisi gangguan
identitas diri :
-
Ketidak percayaan orang tua kepada anak
-
Tekanan dari teman sebaya
-
Perubahan social.
2. Faktor
Prespitasi
ü Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan
konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri
atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
fisik,seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam
kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
ü Ketegangan
peran
Ketegangan peran adalah perasaan
frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan
peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan
perannya.Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi saat terjadi konflik
peran,keraguan peran dan terlalu banyak peran.Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi transisi peran yang beragam.transisi peran yang sering
terjadi adalah perkembangan,situasi dan sehat-sakit.
Transisi peran perkembangan.Setiap
perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.Setiap tahap perkembangan
dapat menimbulkan ancaman pada identitas.Setiap tahap perkembangan harus
dilalui individu dengan menyelesaiakn tugas perkembangan yang berbeda-beda,hal
ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri. Transisi peran situasi.perubahan
jumlah anggota keluarga baik pertambahan atau pengurangan melalui
kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat-sakit. Perubahan tubuh dapat
memengaruhi semua konsep diri. Pergeseran kondisi kesehatan individu yang
menyebabkan kehilangan bagiian tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh. Perubahan akibat tindakan pembedahan yang dapat terlihat seperti
kolostomi atau gastrostomi atau yang tidak kelihatan seperti histerektomi.
ü Perubahan
perilaku
Perubahan perilaku pada gangguan
citra tubuh :
-
Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
-
Menolak bercermin
-
Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
-
Menolak usaha rehabilitasi
-
Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
-
Menyangkal cacat tubuh
Perubahan perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah :
-
Mengkritik diri sendiri
-
Merasa bersalah dan khawatir
-
Merasa tidak mampu
-
Menunda keputusan
-
Gangguan berhubungan
-
Menarik diri dari realita
-
Merusak diri
-
Membesar-besarkan diri sebagai orang penting
-
Perasaan negative terhadap tubuh
-
Ketegangan peran
-
Pesimis menghadapi hidup
-
Keluhan fisik
-
Penyalahgunakan zat
Perubahan perilaku yang berhubungan
dengan keracunan identitas ;
-
Tidak melakukan kode moral
-
Kepribadian yang bertentangan
-
Hubungan interpersonal yang eksploitatif
-
Perasaan hampa
-
Perasaan mengambang tentang diri
-
Kekacauan identitas seksual
-
Kecemasan yang tinggi
-
Ideal diri tidak realistis
-
Tidak mampu berempati terhadap orang lain
Perubahan perilaku yang berhubungan
dengan depersonalisasi :
ü Afektif
-
Kehilangan identitas diri
-
Merasa asing dengan diri sendiri
-
Perasaan tidak nyata
-
Merasa sangat terisolasi
-
Tidak ada perasaan berkesinambungan
-
Tidak mampu mencari kesenangan
ü Persepsi
-
Halusinasi pendengaran/penglihatan
-
Kekacauan identitas seksual
-
Sulit membedakan diri sendiri dengan orang lain
-
Gangguan citra tubuh
-
Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi
ü Kognitif
-
Bingung
-
Disorientasi waktu
-
Gangguan berfikir
-
Gangguan daya ingat
-
Gangguan penilaian
ü Perilaku
-
Pasif
-
Komunikasi tidak sesuai
-
Kurang spontanitas
-
Kurang pengendalian diri
-
Kurang mampumembuat keputusan
-
Menarik diri dari hubungan social
ü Mekanisme
koping
Dalam kehidupan sehari-harinya,
individu menghadapi pemgalaman yang mengganggu ekuibrium kognitif dan
afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan orang lain dalam
harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negatif. Munculnya ketegangan
dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecah masalah (mekanisme koping) yang
bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut. Klien gangguan konsep diri
menggunakan mekanisme koping yang dapat dikategorikan menjadi dua yaitu koping
jangka pendek dan koping jangka panjang.
ü Koping
jangka pendek
Karakteristik koping jangka pendek :
-
Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara
krisis. Misalnya menonton televise, kerja keras, olahraga berat.
-
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya ikut kegiatan social politik, agama
-
Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara
terhadap konsep diri, misanya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian
akademik atau olahraga
-
Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misanya penyalahgunaan zat.
ü Koping
jangka panjang
Koping jangka panjang dikategorikan
dalam penutupan identitas dan identitas negative.
-
Penutupan identitas : Adopsi identitas premature yang
diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi dan potensi individu.
-
Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar
untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan harapan masyarakat.
ü Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering
dipakai adalah :
-
Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang
sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru
-
Disposiasi, respons yang tidak sesuai dengan stimulus
-
Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan
luar
-
Prijeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri
dilontarkan pada orang lain
-
Displacement, mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan
pada orang lain yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
ü Faktor predisposisi gangguan citra
tubuh :
-
Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
-
Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat
pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit)
BAB
III
PENUTUP
Konsep
diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan
perawat professional untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan
terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Perawat setiap harinya dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan
dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu
berbeda dalam mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh
melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dalam
merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis
respon individu terhadap rentang respon konsep diri sehingga perawat memahami
bagaiamana konsep diri/rentang respon konsep diri yang ada pada diri
klienperawat dalam pengkajain kepada kliennya, juga meliputi konsep diri.
Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri.
Dalam
konsep diri, terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang
dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai
respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi
diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang baik dan benar membantu klien
mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna
meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan, dan keyakinan
ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, social, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Konsep Diri. Website: www.library.upnvj.ac.id/pdf/3d3keperawatanpdf/0810701008/bab2.pdf (Diakses pada Minggu, 18 September 2011)
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Salbiah, Sk. (2003). Konsep Diri. Website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3599/1/keperawatan-salbiah2.pdf (Diakses pada Minggu, 18 September 2011)
Stuart, G. W. dan Laraia, M. T. (2005). Principles and Practices of Psychiatric Nursing 8th edition. Missouri: Elsevier Mosby
Alamsyah Aris. (2012). Rentang
Respon Konsep Diri Klien. Website: http://alam414m.blogspot.com/2011/06/rentang-respon-konsep-diri-klien.html
(Diakses pada Selasa, 08 Mei 2012)
Ragil Yuli Atmoko (2011). Rentang Respon Konsep
Diri. Website: http://dummiesboy.wordpress.com/2012/01/13/rentang-respon-konsep-diri/
(Diakses pada Senin, 07 Mei 2012)
Admin. (2010). Pengertian Konsep
Diri. Website: file:///C:/Users/acer/Documents/Pengertian%20Konsep%20Diri%20_%20belajarpsikologi.com.htm
(Diakses pada Selasa 08 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar