Kamis, 28 Februari 2013

Managemen Keperawatan Di Rumah Sakit



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Managemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam managemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasrana dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses managemen, yang merupakan satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Didalam organisasi keperawatan, pelaksanaan managemen dikenal sebagai managemen keperawatan.
Managemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan askep secara profesional. Dalam hal ini seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan lima fungsi utama yaitu POAC agar dapat memberikan askep yang efektif dan efisien bagi pasien dan keluarganya (Nursalam 2002, Gillis 1996). Proses managemen keperawatan dilaksanakan dalam tahap-tahap yaitu pengkajian (kaji situasional), perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan evaluasi.





B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Agar mahasiswa/mahasiswi mampu menerapkan managemen keperawatan saat bekerja di rumah sakit.
2.      Tujuan khusus
a.       Agar mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui tugas kepala ruangan.
b.      Agar mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui tugas ketua tim.
c.       Agar mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui tugas perawat pelaksana.

C.    Manfaat Penulisan Laporan
Untuk memenuhi tugas mata ajar managemen keperawatan, serta mahasiswa/mahasiswi dapat menerapkan managemen keperawatan saat bekerja di rumah sakit, agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal kepada pasien.













BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan di dalam managemen sering diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi didalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas. Jika posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan, atau perawat pelaksana dalam suatu ruang, maka perlu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Sebagai perawat profesional tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya. Di dalam manageman ada beberapa model atau gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi. Gaya kepemimpinan ini dapat diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik.
            Gaya kepemimpinan menurut Gillies:
1.      Otoriter : kepemimpinan berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi disampaikan hanya demi kepentingan tugas. Motifasi dengan reward dan punishment.
2.      Demokratis : kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemempuan setiap staff. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka. Pemimpin mengguanakan kekuasaannya untuk mendorong ide dari staff dan memotifasi kelompok untuk menentukan tujuannya sendiri.

3.      Pertisipatif : kepemimpinan gabungan antara gaya otoriter dengan demokratis. Pemimpin yang menyampaikan hasil analisa dan mengusulkan tindakan tersebut pada bawahanya. Staff diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staff terhadap usulannya, dan keputusan akhir pada kelompok.
4.      Bebas tindak : merupakan pimpinan offisial. Karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervise, dan koordinasi. Staff mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan cara sendiri.
Dari gaya kepemimpinan diatas, seorang pemimpin yang baik harus bisa mengkombinasikanjenis gaya diatas dalam melakukan supervisi terhadap staff. Pemimpin yang efektif harus memiliki kemampuan untuk menggunakan proses penyelesian masalah, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, menunjukan kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan kelompok. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manager keperawatan : kepemimpinan, pengambilan keputusan dan perencanaan, hubungan masyarakat atau komunikasi, anggaran, pengembangan, personaliti, negosiasi.
B.     Managemen Keperawatan
Managemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi (P. Siagian)
Managemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie). Sedangkan menegemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989).

Kita ketahui disini bahwa managemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga, atau masyarakat.

C.    Fungsi Managemen Keperawatan
1.      Fungsi pengendalian perencanaan (planning), perencanaan merupakan:
a.       Gambaran apa yang yang akan dicapai
b.      Persiapan pencapaian tujuan
c.       Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d.      Persiapan tindakan-tindakan
e.       Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f.       Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
2.      Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukanapa tugas pekerjaanny, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan dan fasilitas.
3.      Pergerak (actuating), menggerakkan orang-orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotifasi secara interval.
4.      Pengendalian/pengawasan (controlliang), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5.      Penilaian (delegasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setalah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan managemen.

D.    Managemen Logistik
Kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai daya guna(efisiensi) yang optimal di dalam memanfaatkan barang dan jasa. Logistik modern dapat di definisikan sebagai proses pengelolaan yabg stategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para supaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan (movemen), dan penyimpanan (storage) yang strategis.
Managemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adlah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai (Siagian, 1992).
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perncanaan dan penentuan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya, 1994), sehingga managemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efektif dan efisien.






Dalam sistem administrasi managemen logistik Subagya menyatakan :
Unsur managemen:
Man
Money
Material
Machine
Method
Fungsi managemen :
Planniang
Organizing
Actuating
Controling  
Fungsi logistik :
Fungsi perencanaan
Fungsi penganggaran
Fungsi pengadaan
Fungsi penyimpanan
Fungsi penyaluran
Fungsi penghapusan
Fungsi pengendalian

 










Pelaksanaan managemen yang baik, maka unsur-unsur managemen diproses melalui fungsi-fungsi managemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistik.
1.      Fungsi managemen logistik
Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai berikut (Mustiksari, 2007):
Perencanaan
Pengendalian
Pendistribusian
Penghapusan
Penyimpanan
Penganggaran
Pengadaan
 








                                                                                                                                                     

a.       Fungsi perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi (Mustikasari, 2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengalaman, dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan.
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanaannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasati oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi, dan reporting yang memadahi dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengendalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya. Dibawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pemimpin, perencana, pelaksana, dan pengawas (Subagya, 1994).






Pimpinan staff
 


Pengawas
Pesiapan
pelaksana
Sasaran
           





                                   
Perencanaan dapat dibagi kedalam periode-periode sebagai berikut :
1)      Rencana jangka panjang (long range)
2)      Rencana jangka menengah (mid range)
3)      Rencana jangka pendek (short range)
Periodinasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha     penentuan skala prioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci.

Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain:
1)      Rencana pembelian
2)      Rencana rehabilitasi
3)      Rencana dislokasi
4)      Rencana sewa dan pembuatan


Dalam tahapan rencana logistik pada umumnya dapat menjawab dan menyimpukan pernyataan sebagai berikut:
1)      Apakah ada yang dibutuhakan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat.
2)      Berapa yang dibutuhkan (how much,how many) untuk menentukan jumlah yang tepat.
3)      Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat.
4)      Dimana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat.
5)      Siapa yang mengurus atau siapa yang mengggunakan (who) untuk menentukan orang atau unit yang tepat.
6)      Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat.
7)      Mengapa dibutuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang diambil benar-benar tepat.
b.      Fungsi penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu sekala tertentu/skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya dan Mustikasari).

Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.
Dalam menyusun anggaran terdapat beberapa hal yang harus diperhatiakan antara lain:
1)      Peraturan-peraturan terkait
2)      Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan teknologi
3)      Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
4)      Pengaturan anggaran seperti : sumber biaya pendapatan sampai dengan pengaturan logistik.
Sumber anggaran di rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada rumah sakit pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari dana subsidi (Bappenas, Depkes, dan Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal dari dana subsidi (yayasan dan donatur), penerimaan rumah sakit dan dari pihak ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik rumah sakit 40% - 50% dalam bentuk obat-obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan makanan, alat kebersihan dan suku cadang.
c.       Fungsi pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha untuk menambah atau memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi (Subagya, 1994). Sedangkan mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yanhg telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak harus selalu dilaksanakan dalam pembelian tetapi didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:
1)      Pembelian
2)      Penyewaan
3)      Peminjaman
4)      Pemberian (hibah)
5)      Penukaran
6)      Pembuatan
7)      Perbaikan
Proses pengadaan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut:
1)      Perencanaan dan penentuan kebutuhan
2)      Penyusunan dokumen tender
3)      Pengiklanan/penyampaian undangan lelang
4)      Pemasukan atau pembukuan penawaran
5)      Evaluasi penawaran
6)      Pengusulan dan penentuan pemenang
7)      Masa sanggah
8)      Penunjukan pemenang
9)      Pengaturan kontrak
10)  Pelaksanaan kontrak
Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No.80 tahun 2003. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
1)      Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang ditulis oleh george w. Aljian, antara lain:
a)      Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seseorang pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan.
b)      Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
c)      Memberi batas kepada seseorang rekanan adalah melanggar etika.
2)      Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia pengadaan dan pelelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
a)      Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur : perencanaan, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penganggung jawab keuangan, penangguang jawab perlengkapan, penangguang jawab teknis.
b)      Dilarangduduk sebagai anggota panitia adalah : kepala kantor/ satuan pekerja/ pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jendral atau unit-unit sebagai pemeriksa.
c)      Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin proyek.
d)     Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang pelelangan ditunjuk (Subagya,1994).
d.       Fungsi penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan (Mustikasari,2007). Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumnya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan, dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: kualitas barang dapat diperthankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang aman dari pencuri.
Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:
1)      Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
2)      Barang (jenis,bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan dalam:
a)      Barang biasa : kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat,banker,kursi roda, dll.
b)      Barang khusus : obat-obatan dan barang medis.
3)      Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.

4)      Prosedur atau sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara pengambilan barang, pengawetan dll.
a)      Pengggunaan alat bantu
b)      Pengamanan dan keselamatan


e.       Fungsi penyaluran
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lain (subagya, 1994). Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
1)      Proses administrasi
2)      Proses penyampaian berita(data-data informasi)
3)      Proses pengeluaran fisik barang
4)      Proses angkutan
5)      Proses pembongkaran dan pemuatan
6)      Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
f.       Fungsi penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan barang dari pertanggung jawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (Subagya, 1994).
Alasan penghapusan barang antara lain:
1)      Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam, administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan.
2)      Teknis dan ekonomis: setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya. Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi dan efektifitas ), kadaluarsa: yaitu suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut, menguap atau halding. Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang tidak dapat dipergunakan lagi.
3)      Surplus dan ekses
4)      Tidak bertuan: barang-barang yang tidak diurus
5)      Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suati perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
1)      Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-hal : pembentukan panitia penilai, identifikasi, dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan dan ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barang dihapus.
2)      Aspek rencana pelaksanaan teknis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.
Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain:
a)      Pemanfaatan langsung: usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-komponen yang masih dapat digunakan kembalidan dimasukkan sebagai barang persediaan baru.
b)      Pemanfaatan kembali: usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang dihapus menjadi barang lain.
c)      Pemindahan: mutasi kepada instansi yang memerlukan dlam rangka pemanfaatan langsung.
d)     Hibah: pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau pihak diluar instansi (pemerintah).
e)      Penjualan/pelelangan: dijual baik dibawah tangan atau dilelang.
f)       Pemusnahan: menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan.





g.      Fungsi pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah menegemen logistik yang sedang atau telah berlangsung (Mustikasari, 2007).
Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
1)      Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan prosedur lain.
2)      Melaksanakan pengamatan (monitoring), evaluasi dan laporan, guna mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari rencana.
3)      Melakukan kunjungan staff guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam rangka penncapaian tujuan.
4)      Melakukan superfisi.
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-sarana pengen dalian sebagai berikut:
1)      Struktur organisasi yang baik
2)      Sistem organisasi yang memadahi
3)      Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standarisasi
4)      Pendidikan dan pelatihan
5)      Anggaran yang cukup memadahi





2.      Siklus logistik
a.       Perencanaa merupakan proses menetapkan sasaran, pedoman, dan dasar ukuran penyelenggaraan pengelolaan perlengkapan.
b.      Pengadaan merupakan proses pemenuhan kebutuhan barang atau jasa dengan kualitas yang terbaik dan harga yang minimal.
c.       Penyimpanan adalah penyelenggaraan pengurusan barang agar pada saat diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat.
d.      Pendistribusian adalah proses dimana dilakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari tempat penyimpanan ke tempat pemakai (user).
e.       Penghapusan adalah penelitian barang atau  pelaksanaan penghapusan sehingga barang tersebut dihapuskan dari tata usaha meterial.
f.       Pengendalian adalah tindakan yang memastikan pelaksanaan sesuai dengan rencana yang ditentukan dengan menggunakan umpan balik untuk meyakinkan bahwa tujuan tercapai.

E.     Pengelolaan Ruangan
Salah satu faktor pendukung tercapainya mutu pelayanan kesehatan adalah pengelolaan dan penerapan managemen ruangan di rumah sakit itu sendiri.managemen ruangan akan tercapai maksimal apabila pemegang managemen itu sendiri mempunyai latar belakang standar mutu pendidikan yang telah ditetapkan. Sebab standar mutu pendidikan sebagai salah satu dalam memberikan tanggung jawab, kewenangan dan kompetensi yang diberikan oleh rumah sakit.





F.     Model Praktek Keperawatan Modern
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
Model praktek keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat pemberian asuhan tersebut.
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal yang penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada eaktu lagi bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.
Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumberdaya perawat praktik keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan dinegara maju. Yang dilakukan adalah modifikasi keperawatan primer.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan pada jumlah klien/ pasien dan derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, perawat asosiet (PA) yang lulusan D3 keperawatan, dan SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satu tim yang di bimbing dan diarahkan oleh  Clinikal Care Managemen (CCM).
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, kerena bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertangguang jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien. Tugas PP dibantu PA.
Tugas membersihkan meja, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan, mengantar pasien konsul atau membawa pispot dari dan ke pasien dilakukan oleh pembantu perawat.
Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian yang dilakukan.
Pelayanan keperawatan profesional mewujudkan dampak positif yang memungkinkan pemberian asuhan keperawatan klien secara berkesinambungan dan dapat dipertanggunggugatkan oleh perawat primer.
Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana. Dokter merasa ada kerjasama yang lebh baik dibanding ruang lain yang tidak menerapkan MPKP. Kepuasan klien dan keluarga lebih baik. Angka infeksi nosokmial (infeksi yang ditularkan di rumah sakit) menurun. Juga mulai kegiatan riset keperawatan di tingkat ruang rawat.
            Syarat-syarat ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
1.      Memiliki fasilitas perawatan yang memadahi
2.      Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada
3.      Memiliki perawat pendidikan yang terspesialisasi
4.      Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer


Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut:
1.      Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadipartner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertangguang jawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA, hai ini berartu PP mempunyai tanggguang jawab membina perfoma PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.

Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
a.       Hubungan perawat klien
b.      Hubungan perawat dan praktek
c.       Hubungan perawat dan masyarakat
d.      Hubungan perawat dan teman sejawat
e.       Hubungan perawat dan profesi
2.      Pendekatan managemen
Pada model ini diberlakukann managemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA. Perfoma PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan menegemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manager yang efektif dan pemimpin yang efektif.
3.      Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan untuk modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4.      Hubungan profesional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medis.
5.      Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang diberlakukan sebagai asuhan keperawatan profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.











BAB IV
ANALISA DATA
A.    Analisa situasi ruangan
Rumah sakit sebagai suatu organisasi padat karya, karena rumah sakit memerlukan tenaga dari berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan suatu produk jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan keperawatan (Depkes RI, 1994).
Perawat dalam memberikan pelayanan mempunyai kontribusi yang sangat besar karena secara kuantitatif jumlahnya sangat besar, yaitu meliputi 60-70% dari tenaga yang ada (Gillies, 1993), di Indonesia tenaga perawat dan bidan menempati uruitan jumlah terbanyak, yaitu 40% dari tenaga yang ada (Depkes RI, 2001) dan waktu yang diberikan adalah terus-menerus selama 24 jam. Agar dapat memberikan pelayanan bermutu maka diharapkan meneger keperawatan mampu merencanakan kebutuhan tenaga baik kuantitas maupun kualitasnya.
Pada dasarnya semua metoda ataupun formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga keperawatan di rumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan. Hal ini telah banyak dilakukan penelitian-penelitian oleh pakar keperawatan. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan harus betul-betul direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan berulang-ulang karena akan membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga sehingga tidak efektif dan efisien.
Ada beberapa situasi yang dapat dipertimbangkan dalam kita melakukan analisis ketenagaan ini antara lain :
1.      Adanya perluasan rumah sakit sehingga berdampak pada penambahan atau perubahan kapasitas tempat tidur hal ini akan berdampak pada perubahan rasio kebutuhan tenaga keperawatan.
2.      Adanya berbagai perubahan jenis pelayanan dan fasilitas rumah sakit, yang akan berdampak pada peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR), yang pada akhirnya perlu analisa situasi dan kebutuhan tenaga. Hal ini perlu diantisipasi sebelumnya sehingga dapat terlaksana dengan optimal.
3.      Adanya penurunan motifasi, penurunan prestasi kerja seperti: sering tidak masuk, datang terlambat, penyelesaian pekerjaan semakin lambat. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya perhatian pemimpin, tidak ada reward, beban kerja yang berat serta tenaga yang kurang. Bila hal ini telah terjadi perlu segera dilakukan analisa ketenagaan.
4.      Adanya keluhan klien tentang pelayanan yang diterima. Apakah klien mengeluh tentang pelayanan dengan mengatakan puas atau tidak puas. Biasanya klien mengeluh tentang pelayanan keperawatan, biaya perawatan, dan fasilitas yang diterima. Apabila keluhan ini telah teridentifikasi maka perlu dilakukan analisa ketenagaan. Keluhan dapat terjadi di unit rawat jalan maupun rawat inap.
B.     Analisa swot
SWOT adalah singkatan yang diambil dari nama depan Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Metoda analisa SWOT bisa diangggap sebagai metoda analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yang berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.
SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan untuk mengelola pegawai administrasi. Sehingga SWOT disini tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman.
Analisan SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan (Jhonson, dkk,1989; Bartol dkk,1991). Jika hal ini digunakan dengan benar, maka dimungkinkan bagi sebuah sekolah kejuruan untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh murid-muridnya. Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan progran yang lebih inovatif dan relefan.
Langkah pertama dalam analisa SWOT adalah membuat sebuah lembar kerja dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk empat kuadran, keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan, dan ancaman. Secara garis besar lembaran kerja tersebut diperlihatkan dalam lembar-1. Langkah berikutnya adalah membuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi dibawah topik masing-masing. Dengan membatasi daftar sampai 10 poin atau lebih sedikit, untuk menghindari yang brlebihan (Jhonson, et al,. 1989).





Lembar-1
Contoh Lembar Kerja Analisis SWOT

Potensi
Kekuatan Internal (S)
.................................
.................................
Potensi
Kelemahan Internal (W)
.................................
.................................
Potensi
Kesempatan Eksternal (O)
.................................
.................................
Potensi
Ancaman Eksternal (T)
.................................
.................................

SWOT dapat dilaksanakan oleh para administrator secara indifidual atau secara kelompok dalam organisasi. Teknik secara kelompok akan lebih efektif khususnya dalam pengadaan struktur, objektifitas, kejelasan dan fokus untuk diskusi mengenai strategi, sehingga tidak cenderung melantur, dan bahkan akan terkena pengaruh politik atau kesenangan (interes) perseorangan yang kuat (Glass, 1991). Sedangkan Sabie (1991) mencatat bahwa jika bekerja secara kelompak dalam bidang pendidikan, maka akan muncul tiga sikap yang terang-terangan dari para guru dimana tergantung masa kerja mereka masing-masing. Guru-guru yang mempunyai pengalaman 0-6 tahun cenderung menjadi yang paling partisipatif dan receptif akan ide-ide baru.
SWOT harus mencakup semua aspek/area berikut ini, yang masing-masing dapat merupakan sumber kekuatan, kelemahan, kesempatan atau ancaman, misalnya:
Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan :
a.       Tenaga kependidikan dan staff administrasi
b.      Ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas sarana dan prasarana (lingkungan belajar)
c.       Siswa yang ada
d.      Anggaran operasional
e.       Program riset dan pengembangan iptek
f.       Organisasi atau dewan lainnya dalam sekolah
Beberapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan :
a.       Tempat kerja yang prosperktif bagi lulusan
b.      Orang tua dan keluarga siswa
c.       Lembaga pendidikan pesaing lainnya
d.      Sekolah/lembaga tinggi sebagai persiapan lanjutan
e.       Demografi sosial dan ekonomi penduduk
f.       Badan-badan penyandang dana

1.      Survei internal tentang kekuatan dan kelemahan
Secara historis, para administrator berupaya menerika minat siswa agar memesuki atau memilih program yang ada pada lembaga pendidikan mereka dengan cara meningkatkan promosi dan iklan tanpa memperhatikan kelemahan dan kekuatan lembaga pendidikan yang mereka kelola. Apabila, keadaan audut internal seperti ini dilaksanakan, maka akan timbul area/aspek yang menghendaki beberapa perubahan. Lebih dari itu, potensi dan kemungkinana-kemungkinan akan adanya service dan program-program inovasi baru bisa juga muncul. Dengan membuat seluuh daftar tentang kelemahan internal maka akan tampak area/aspek yang bisa diubah guna untuk memperbaiki kinerja lembaga pendidikan , termaasuk segala sesuatunya yang berada di luar jangkauan kontrol. Contoh mengenai kelemahan inhern adalah cukup banyak. Misalnya sebagai berikut: moral staff administrasi dan staff pengajar yang rendah, bangunan infrastruktur yang kurang memadahi, fasilitas sarana dan prasarana, serta laboratorium dibawah standar, langkanya sumber-sumber daya infrastruktur, dan termasuk lokasi lembaga pendidikan tersebut.
Sedangkan kekuatan yang ada perlu juga didaftar, sebagai contoh kekuatan potensial dapat berupa:
a.       Pembebanan biaya pendidikan yang rasional terhadap siswa
b.      Tenaga pengajar yang berdedikasi dan bermoral tinggi
c.       Akses dengan lembaga pendidikan lanjutan atau universitas-universitas lain, dimana siswa dapat mentransfer kredit mata plajaran yang telah diperoleh
d.      Reputasi yang baik dalam menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memperoleh pekerjaan
e.       Perbedaan populasi siswa
Penaksiiran kekuatan dan kelemahan juga bisa dilakukan melalui survei, kelompok-kelompok fokus, wawancara dengan murid dan bekas murid dan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu kelemahan dan kekuatan tergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi item-item tersebut. Harus dimaklumi bahwa persepsi yang berbeda-bedabisa timbul, tergantung pada kelompok-kelompok representatif yang dihubungi dapat dimintai pendapatnya.